Sosial Media: Trus Kenapa?

Posting Komentar
Hari Jumat kemarin, dilaksanakan meeting marketing oleh bos. Berhubung saya termasuk dalam jajaran sales panci di perusahaan tempat saya bekerja, maka jadilah sore itu saya ikut serta ber-meeting dan kongkow bareng di ruang meeting.

sosial media

Ah, sialnya meeting masalah penjualan panci ini dilakukan kelewat sore. Jadilah para pegiat panci ini hanya ngorbol ngalor ngidul dan bahasan yang sedianya sudah disiapkan oleh Pak Bos pun jadi buyar.

Alhasil dari harusnya pembahasan seputar progress kinerja penjualan panci mulai dari bagaimana mencari investor baru untuk tanam modal di urusan panci hingga bagaimana meningkatkan penjualan, baik secara cash maupun kredit pun beralih topik. Kini pembahasan yang mengemuka adalah seputar gosip orang-orang yang pernah berkutat dengan bisnis panci ini.

Alkisah, di jaman dulu terdapat seorang supervisor administrasi yang bertugas mengawas dan melakukan pembukuan terhadap hasil penjualan para sales semacam saya. Sang supervisor ini memiliki seorang anak buah yang masih muda belia, cantik, dan memikat.

Kisah berlanjut, ternyata supervisor teladan kita ini bermain cinta dengan bawahannya tersebut dan terenduslah  hingga ke hidung istri Pak Supervisor. Maka perang dunia pun tidak terelakkan lagi dan berakhir pada perceraian  antara Sang Supervisor dengan istrinya yang sebenarnya menurut pandangan saya lumayan kece juga.

Dan pembahasan di ruang meeting kemarin bergeser dari progres kinerja menjadi gosip bahwa si supervisor kini telah menikah dengan bawahannya, dan si bawahan tersebut me-remove para sales kantor saya dari hubungan pertemanan di sosial media yang mereka ikuti.

Bagi saya sih, ah bodo amat dengan itu semua. Urusan selingkuh, menikah lagi, atau pun menjaga privasi dari kejaran paparazi bagi saya urusan masing-masing orang. Sebodo amat dan ngga perlu juga kali dibahas-bahas di ruang meeting dalam sesi meeting yang akhirnya malah menomorduakan si meeting tersebut. Ah, daripada  begini mendingan saya pulang cepet. Ketemu keluarga di rumah dan siap-siap berlibur bersama.

Saya senyum-senyum sendiri selama di ruang meeting. Sampe ditegur sama Pak Bos, "Kusman ini belum terpapar sosial media nih. Makanya nggak update.."

Catatan: Ya Kusman itu saya. Nama saya, Kusman Burhan. dan memang saya  nggak terlalu paham dengan beragam sosial media terkini. Path, Instagram, Twitter, atau apa pun.

Saya cuma punya Facebook dan sekarang mau coba-coba nge-blog lagi demi menyelamatkan otak saya. Yah, menurut saya seorang sales panci butuh  menulis demi menyelamatkan sisa bagian otak yang dapat diselamatkan dari kejenuhan aktivitas berdagang panci. Demi bisa menstimulasi porsi otak  yang masih bisa di-stimulasi.

Lagipula, buat apaan juga aktivitas terlalu rame di-sosial media sementara di keseharian beraktivitas sosial kemasyarakatan kurang.

Sosial media banyak topengnya. Karena ngga ada ketua RT atau pun Ketua RW-nya, tiap orang bebas buka kavling baru di-sosmed. Bisa me-remove temen seenaknya yang mungkin kalo di dunia nyata mustahil bisa dilakukan. Nggak real dan ah, terlalu dangkal kalo sosmed dijadiin bahan bangga-banggaan.

Kalo bisa bertemen dengan warga sekampung, kenal semua rakyat sekelurahan, dan aktif berpartisipasi di duniakemasyarakatan, nah itu baru keren.

Ini kenapa ngelantur ke sini? Ah bodo' amat. Bebas.
Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar