Resonansi

Posting Komentar
Jumat sore menjelang 'Ashar, seorang kawan, Yanto namanya, di kantor bercerita pada aku dan sahabatku, Aan Anshori.

"Mas, tadi aku diomelin."

"Sama siapa?" tanyaku penuh minat.

"Aku diomelin sama Roberto ..."

"Kenapa?" Aan terusik. Keingintahuannya terpancing.

"Jadi gini, nasabahku, Pak Nongnong kan bulan kemarin sempat ngga bayar angsuran. Nah karena ngga bayar angsuran, blokir angsurannya terpakai untuk nutup angsuran bulan kemarin yang belum dibayarkan."

"Iya, aku paham." Aku manggut-manggut.

"Nah, bulan ini Pak Nongnong sudah bayar angsuran. Tapi cuma sekali. Sementara, Roberto maunya aku berusaha mendesak Pak Nongnong untuk membayar juga satu kali angsuran lagi untuk nutup blokir yang terpakai kemarin."

"Ehmm ..." Aan agak melongo sedikit.

"Tadi Roberto marahnya sampe bergetar loh, Mas. Dia bilang ke aku, 'Yanto kamu gimana sih?? Dikasih tau ngga ngerti-ngerti juga!! Pak Nongnong itu harus bayar angsuran sekali lagi ...
Trus aku bilang, Loh ini sudah masuk Mas Robert setorannya..
Roberto makin marah dengar jawabanku, tangannya mengepal, bergetar. Dia nahan marah luar biasa ..."'

***

Sebagai informasi, Yanto adalah salah seorang sales bagian kredit mikro di tempat kerjaku. Sementara Roberto adalah Supervisor atau atasan langsung dari Yanto.

***

Aku cukup tergelitik dengan kisah yang Yanto bagikan untukku.

Aku orang yang cukup punya minat di bidang fisika, yah meski ngga mendalaminya sih. Ingat sedikit aja tentang beberapa hal yang sempat aku pelajari waktu sekolah.

Hubungannya apa dengan kisah Yanto? Entah. Namun, mungkin nanti akan ada hubungannya.

***

Menurutku, ada beberapa hal yang perlu dicermati.

1. Yanto agak lalai dalam memantau angsuran Nasabah kelolaannya. Wajar jika supervisornya menegur.
2. Meski Yanto tidak 100% benar, bukan berarti Supervisor Yanto, dalam hal ini Roberto berposisi benar.

Poin nomor 1 ngga akan aku bahas. Karena menurutku itu sudah definitif.
Sementara poin nomor 2, masih bernilai subjektif dan debatable.

Menurutku, Supervisor berfungsi untuk memastikan apakah subordinatnya dapat berjalan atau berfungsi sesuai dengan jobdesc yang diberikan oleh organisasi.

Artinya, Supervisor harus berupaya memfasilitasi Bawahan atau subordinatnya agar dapat melakukan fungsinya secara optimal.

Suoervisor perlu membantu mencarikan solusi manakala bawahan kesulitan akan sesuatu, termasuk memfasilitasi pengetahuan dan pengalaman bawahan.

Kembali ke kasus Yanto, aku berpendapat bahwa kelalaian yang dilakukan oleh Yanto salah satunya disebabkan karena Yanto belum paham atas urgensi dari Blokir satu kali angsuran yang dipermasalahkan Roberto. Pertanyaannya, apakah Roberto telah melakukan pengayaan informasi dan pengetahuan perihal blokir 1 kali angsuran, termasuk manfaat dan fatalnya jika blokir tersebut hilang?

Jika tidak, maka wajar jika Yanto tidak beresonansi terhadap kegelisahan Roberto.

Menurut ingatanku pada suatu teori fisika di kelas 2 SMP, yang dikuatkan oleh temuanku di Google.

Resonansi adalah ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama.

Roberto sudah bergetar. Namun, kenapa Yanto tetap santai?

Aku berfikir karena Yanto belum se-frekuensi dengan Roberto. Dalam hal ini berarti, Yanto belum punya pemahaman yang sama dengan Roberto. Pertanyaan lagi, sejauh mana Roberto berusaha membuat paham Yanto? Apakah hanya dengan marah-marah, Yanto jadi paham?

***

Ngga bisa gitu dong, ngga bisa nyalahin Roberto begitu. Yanto kan juga tetap harus belajar dan memperkaya ilmunya.

Iya, itu benar. Namun setiap orang punya gaya masing-masing. Apa jaminan bahwa Yanto adalah tipe pembelajar yang hobi cari ilmu sendiri, googling, atau jalan ke perpustakaan?

Karena ngga ada jaminan, maka di situlah letak dan fungsi seorang Supervisor.

***

Kesimpulan: jadi supervisor ngga usah ngerasa keren. Kalau sudah berhasil mencetak subordinat yang keren juga dan punya pemahaman serta performa yang keren, itu baru namanya Supervisor keren.



Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar