Omong Kosong dengan Kenangan

Posting Komentar
omong kosong dengan kenangan

Sebagian orang mungkin berbunga-bunga ketika bicara seputar kenangan. Bunga? Omong kosong!

Bagiku, kenangan tak ubahnya sakit keras bertahun-tahun yang menggerogoti tubuh. Omong kosong dengan segala sukacita yang mereka kerap bagikan di semua media sosial. Tahi kucing itu semua!

Bicara apa kau? Mau menghiburku dengan bualan apa lagi? Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja? Atau kau mau berkata bahwa akan selalu ada pelangi setelah guyuran hujan deras berhari-hari?

Tutup mulutmu, Bangsat!

Hentikan semua khutbahmu, Monyet! Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi aku, 'kan? Seolah-olah hidup akan baik-baik saja selalu.

Ya, hidupmu tentu akan selalu baik-baik saja. Memiliki keluarga harmonis, sahabat yang mendukung, pekerjaan yang tidak perlu dikhawatirkan segala sesuatunya. Barangkali, satu-satunya hal yang perlu kau khawatirkan hanyalah macetnya lalu lintas.

Bahkan dalam keadaan seperti itu pun, kau masih akan tetap ceria. Tawa bahagia tak pernah lepas lantaran sopir senantiasa sigap mengantar ke mana pun kau suka.

Pernahkah kau tahu rasanya diperkosa oleh calon suamimu sendiri? Lalu setelahnya, dengan beringas kau digilir berulang kali oleh kawan-kawannya.

Jika itu semua belum cukup, maka menemukan adik cantik tersayangmu juga diperkosa di hadapan banyak orang mungkin akan memberi tahu apa itu rasa sakit. Namun, kau manusia optimis, 'kan?

Kau akan tetap berupaya menguatkanku, 'kan? Padahal, kau tidak tahu. Ketika bulir hangat masih deras membasahi pipi, ibu tercinta jatuh sakit menerima kiriman video pemerkosaan itu. Sakit karena serangan jantung, lalu mati.

Adikmu menggantung dirinya tepat ketika kau akan mengabari kisah duka tentang ibu. Maka, tunjukkan padaku, dari sisi mana aku masih harus percaya bahwa kenangan memuat hal indah untuk disesap?

Simpan nyanyian indah yang selalu kau lantunkan demi menghiburku. Simpan itu, Bodoh!

Jangan datangi aku lagi dengan bujuk rayu untuk kembali berkenan mengulas senyum di bibirku! Jangan pernah!

Sebab kau tidak pernah tahu perih dan pedihnya ketika video pemerkosaanmu diedarkan ke dunia maya dan diunduh jutaan kali di seluruh penjuru dunia. Kau pun tidak tahu bagaimana rasanya ketika kelingking tanganmu mereka potong demi sebuah cendera mata.

Jadi, tutup mulut manismu. Kumohon, mengertilah. Karena bagiku, mati adalah satu-satunya hal yang kuinginkan saat ini.

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar