Pertarungan Terakhir

Posting Komentar

"Genji, kita tidak akan bisa bertahan jika begini terus!" Hattori mengusap darah yang menetes dari penutup kepalanya yang terkoyak. "Setan Merah terlalu kuat, Genji! Sadarlah!"

"Bertahanlah sebentar lagi. Aku yakin kita akan bisa!" Tanpa memandang Hattori, Genji kembali menghunuskan katananya. Menarik beberapa bilah kunai dari kantung rahasia di sisi kanan pahanya.

Genji melesat. Sebuah sabetan keras terarah dengan tepat ke arah pelipis Setan Merah. Raksasa besar itu dengan mudah berkelit. Rambut merahnya yang terurai hingga ke punggung mengikuti aliran angin. Sesekali, topeng setan yang dikenakan ikut bergerak meningkahi gerak menghindarnya. Genji terus menyabetkan katana. Namun, hanya angin yang terusik pedang tajamnya.

 

pertarungan terakhir
katana

"Masih terlalu cepat seribu tahun bagi kalian untuk menyerangku, Bocah! Kalian pikir dengan kemampuan seperti ini, kalian akan dapat menghabisiku? Dasar ninja bodoh!"

Dengan gemas, Setan Merah melesat. Cengkeraman tangannya dengan tepat menggenggam katana Genji.

"Mampus, kau!"

"Hattori ..." Genji melenguh lemah. Sai—sebilah pisau panjang bermata tiga—dengan tepat menikam hati Genji. Darah segar mengalir dari sela-sela mulutnya.

 

pertarungan terakhir
sai

"Genjii!!" Kusarigama milik Hattori segera dilepaskan. Sabit berantai itu mencoba mencabik tubuh Setan Merah. Perhatian Setan Merah teralih. Katana Genji ia rebut. Lalu dengan mudah menghalau sabit tajam milik Hattori.

 

pertarungan terakhir
kusarigama 

"Cari mati kau, Hattori! Akan kulumat tubuhmu sama seperti aku menghancurkan wajah ayahmu dulu! Ha-ha-ha!" Suara Setan Merah menggelegar.

Tangan kekar bertato lipan itu menarik rantai yang terikat pada senjata Hattori. Hattori terkejut. Tubuhnya terpelanting ke arah Setan Merah.

"Mati kau!"

Dengan cepat, bilah tajam di tangan Setan Merah merobek wajah Hattori.

***

"Gen ... Genji ... Gen ..."

"Hmm ... ada apaan, sih?"

"Bangun! Sudah jam berapa ini?"

"Sebentar lagi, Bu ... Genji lagi lawan Setan Merah ..." Genji mengusap matanya.

"Bangun! Ayo mandi! Sebentar lagi Pak Wanto jemput kamu ke sekolah!" pekik Ibu sambil menjewer telinga Genji.

***[][][]***

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar