Penting! 3 Tip Bertahan Hidup di Era Digital

Posting Komentar

Tip Bertahan Hidup di Era Digital

Dewasa ini, manusia dituntut untuk terus beradaptasi. Bicara perubahan dan adaptasi, disukai ataupun tidak, hal itu memang merupakan keniscayaan.

Revolusi industri telah membuktikannya. Mesin uap yang diinisiasi James Watt adalah bukti nyata. Tenaga kuda ditinggalkan, lalu usaha rumahan tiba-tiba bertransformasi menjadi industri. Alat usaha yang mulanya manual dikerjakan dengan tangan, digantikan mesin-mesin raksasa.

Pedati tak lagi menjadi solusi satu-satunya di dunia transportasi. Sebaliknya, Gottlieb Daimler justru memikirkan benda berkekuatan puluhan ekor kuda yang mampu mengantar manusia lebih jauh, lebih cepat, lebih mudah, juga murah.

Mobil tercipta, meninggalkan pedati atau delman yang akhirnya hanya sebagai ornamen antik masa lalu.

***

Dunia memang berubah luar biasa. Banyak hal terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Lalu, ketika hidup tengah asyik dengan jalan cerita yang baik-baik saja, digitalisasi segala lini membawa dampak baru bagi hidup.

Digitalisasi mengakselerasi revolusi industri era baru. Era digital saat ini, menyebabkan segala sesuatunya dituntut menjadi lebih praktis, mudah, dan cepat.

Adaptasi dan penyesuaian diri mau tak mau harus dilakukan. Pengusaha kuliner misalnya. Sebelumnya, untuk membuka usaha di bidang ini, seseorang perlu mempersiapkan banyak hal. Dapur yang memadai, meja dan kursi makan dalam jumlah cukup, hingga piring juga gelas untuk para pengunjung.

Akan tetapi, perkembangan zaman seakan menjungkirbalikkan segalanya. Pengusaha di bidang makanan kini cenderung lebih "minimalis". Segala perkakas yang mulanya terkesan "wajib" dan masuk dalam pos aset pada neraca keuangan, kini seakan masuk ke dalam pos beban.

Meski tidak berlaku pada semua jenis usaha kuliner, meja dan kursi, serta ketersediaan piring juga gelas, kini tidak lagi menjadi hal yang harus disiapkan sebelum memulai usaha kuliner. Dengan maraknya moda transportasi daring, jualan makanan memanfaatkan ekosistem ojek daring menjadi solusi baru.

Lupakan piring, gelas, meja, serta kursi. Pengusaha makanan cukup menyediakan makanan yang enak dan bersih, variatif, serta kekinian. Lalu, kirimkan makanan itu melalui ojek daring. Voila, bisnis pun dapat digenerasi. Uang mengucur, dompet tebal, senyum terkembang.


3 Tip Sederhana Pengubah Hidup

Dengan perubahan besar-besaran yang terjadi, saya merasa perlu membagikan tip-tip sederhana bagi kamu untuk dapat bertahan di masa sekarang. Jika kamu menerapkan tiga tip sederhana ini, saya yakin bertahan di era digital bukan lagi menjadi hambatan.


1. Menggaruklah ketika gatal

Tip Bertahan Hidup di Era Digital
Terkesan sederhana memang. Namun, ini adalah tip sederhana yang perlu kamu ketahui.

Ingat, garuklah bagian tubuhmu yang terasa gatal dengan cara biasa. Jangan menggaruk terlalu kuat hingga kulitmu luka. Jangan juga menggaruk menggunakan benda tajam seperti pisau, silet, ataupun jarum jahit.


2. Berkediplah tanpa terpaksa

Tip Bertahan Hidup di Era Digital

Orang masa kini sering berpandangan bahwa berkedip adalah tanda genit. Kedip seolah menjadi sebuah hal yang tabu dan tidak layak dilakukan. Akibatnya, banyak orang enggan, bahkan tidak mau berkedip. 

Padahal, berkedip adalah hal yang manusiawi dan wajar dilakukan. Berkediplah tanpa terpaksa. Sebab, merasa terpaksa untuk berkedip, berarti merasa terpaksa menjadi manusia.


3. Bernapaslah secara teratur

Tip Bertahan Hidup di Era Digital
Ini adalah tip paling penting. Jangan pernah berpikir dua kali untuk melakukan hal ini. Ingat, keberlangsungan hidupmu ditentukan dengan hal ini.

Jangan berpikir untuk berhenti bernapas ataupun menunda melakukannya. Jangan malas bernapas demi kebahagiaanmu.

Ingat pepatah ini, "Malas bernapas, dikebumikan kemudian."

***

Demikian tiga tip penting yang perlu kamu jadikan acuan dalam hidup. Ingat, tidak menjalankan tiga tip di atas, akan berdampak buruk pada keberlangsungan hidupmu!

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar