p = m.v

Posting Komentar
Sewaktu SMA, saya pernah belajar bahwa momentum merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan. Semakin besar kecepatan yang mengiringi sebuah benda bermassa tertentu, maka momentum dari benda itu akan semakin besar pula. Dengan persamaan ini, dapat disimpulkan definisi momentum yang disimbolkan dengan huruf “p” ini dalam dunia fisika adalah ukuran kesukaran menghentikan gerak laju sebuah benda.


p = m.v
sumber: idschool.net


Dalam momentum, setidaknya selalu melibatkan sedikitnya dua benda. Sebut saja dalam permainan bola sodok alias biliar. Momen pertemuan bola A dengan bola B, lalu terjadi tumbukan untuk selanjutnya saling menjauh adalah momentum. Nantinya, kelajuan serta besarnya massa yang dimiliki masing-masing bendalah yang akan menentukan sehebat apa tumbukan terjadi. Apakah kedua benda akan saling terpental, atau malah justru saling meredam, hingga salah satu benda yang mulanya berkecepatan tinggi malah berhenti seketika.

Pada contoh awal yang saya beri—bola biliar, sudah dapat ditebak hasil akhirnya. Bola biliar B, kendati awalnya diam, akan bergerak menjauh tatkala terjadi momentum tumbukan dengan bola biliar A. Hal ini disebabkan massa bola A dan bola B hampir bisa dipastikan sama. Masa’ iya sama-sama bola biliar, tetapi massa-nya berbeda. Nah, yang membedakan kedua bola terletak pada kecepatan yang dimiliki masing-masing.

Bola B tentu memiliki kecepatan nol karena awalnya diam. Sementara bola A, memiliki kecepatan lebih dari nol, karena dia bergerak. Lalu, ketika tumbukan terjadi, bergeraklah bola A dan B saling menjauhi.

Perkara apakah bola B menjauh dengan kecepatan tinggi atau hanya pelan, itu urusan lain. Karena biar bagaimana pun kecepatan bola A saat menumbuk itulah yang menjadi penentu utama, bukan massa-nya.

Sementara itu, bagaimana dengan tumbukan yang terjadi ketika kamu menonjok tembok? Tonjokkanmu yang dipadukan dengan kecepatan ayunan tangan akan menghasilkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, tembok akan bolong atau roboh. Kemungkinan kedua adalah tembok bergeming dan tetap berdiri kokoh.

Kemungkinan ini dapat terjadi karena terdapat perbedaan pada kedua benda (tanganmu dan tembok). Perbedaan keduanya terletak pada massa dan kecepatan.

Tembok jelas memiliki massa yang besar dengan kecepatan nol karena diam. Sementara tinjumu memiliki massa yang bisa jadi lebih kecil dari tembok dengan kecepatan yang relatif (bisa cepat, bisa juga lambat).

Andai massa dari pukulanmu besar dan ditunjang dengan kecepatan yang luar biasa dahsyat, bukan tidak mungkin pukulanmu akan menyebabkan tembok tebal di hadapan bolong bahkan runtuh. Sementara, jika pukulanmu tidak sekuat yang diharapkan, meski ditunjang dengan kecepatan yang lumayan, dampak dari tembok tidak akan kentara. Satu hal yang pasti, tanganmu pasti cedera.

***

Teman, dari rumus fisika ini saya berkaca. Seringkali saya berpikir bahwa pada suatu waktu merupakan momen yang tepat untuk maju dan bertumbuh. Lantas, dengan segala sok tahu yang dimiliki, saya mengajak orang lain, khususnya yang berada di lingkungan terdekat, untuk ikut serta dan "bertumbuh bersama."

Namun, saya lupa, untuk menghasilkan tumbukan yang ideal dan mampu menggerakkan benda—dalam hal ini orang lain—diperlukan minimal adanya satu buah kesamaan. Misalnya kesamaan visi, mimpi, ataupun cita-cita. Dengan modal kesamaan ini, maka kemungkinan untuk menggerakkan orang lain, akan lebih terbuka lebar.

Sementara itu, manakala tidak ada kesamaan apa pun yang dimiliki oleh saya dengan orang-orang yang saya ajak untuk bergerak dan bertumbuh, tentu akan sulit. Sulit untuk memaksakan orang lain bergerak, melenting, atau mengharap tumbukan sempurna.

Katakanlah ada orang yang sedang diam, santai, belum memiliki visi untuk bertumbuh. Kemudian saya paksakan untuk ikut maju, semangat menulis, ataupun membuat berbagai karya. Maka, kemungkinan yang akan saya alami ada dua. Pertama, saya akan berhasil mengajak orang itu bergerak. Kedua, saya akan sakit hati karena ditolak mentah-mentah.

Peluang berhasil tetap ada, tatkala saya memiliki kuasa yang lebih dari dia. Dengan power yang tinggi, serta pengaruh, juga karisma yang kuat, bukan tidak mungkin saya berhasil memanfaatkan momen untuk menghasilkan momentum bertumbuh dan berubah bersama. Hal ini sebagaimana dan berkaca pada pukulan ke tembok yang menjadi analogi sebelumnya. Tembok besar akan dapat bolong jika massa pukulan yang dilancarkan besar, serta ditambah dengan kecepatan mumpuni.

Akan tetapi, ketika bukan seseorang yang dianggap significant others, tidak berkuasa, serta tidak memiliki kapasitas dalam mempengaruhi, maka saya harus bersiap memendam sakit. Cedera berat lantaran diacuhkan, bahkan dicampakkan oleh mereka yang saya ajak.

***

Dari penalaran ini, saya mengambil insight. Menjadi bermakna bagi lingkungan bukan hanya sebatas memiliki kompetensi di suatu bidang. Lebih dari itu, menjadi bermakna adalah manakala kompetensi yang dimiliki dapat memberi maslahat, memberi pengaruh, juga mampu menggerakkan banyak pihak untuk ikut menjadi baik dan menularkannya lagi ke pihak-pihak lain.
Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar