The Ballad of Songbirds and Snakes: Prekuel The Hunger Games yang Menjawab Segalanya

Posting Komentar

Bagi pencinta serial novel hebat, The Hunger Games, kehadiran novel satu ini sungguh menjungkirbalikkan perasaan!

Suzanne Collins tidak pernah gagal menghadirkan kejutan demi kejutan. Saya masih ingat ketika pertama kali selesai membaca The Hunger Games yang teramat keren itu pada kurun 2014, jauh sebelum novel itu diadaptasi menjadi film, segala perasaan seakan campur aduk jadi satu. Keberadaan The Hunger Games seakan menjadi jenis zat adiktif baru untuk saya kala itu.

Selesai membaca buku satu, maka Catching Fire, si buku kedua tidak butuh waktu lama untuk saya tuntaskan. Kegilaan semakin membuncah. Mockingjay sebagai pamungkas dari trilogi ini pun lekas-lekas saya lahap. Rasa puas, penasaran, marah, sedih, semua berkumpul usai mengetahui Primrose Everdeen mati terbunuh di akhir cerita. Akan tetapi, saya tetap bahagia mengetahui Katniss dan Peeta, berhasil membangun keluarga kecil mereka yang indah.

Saya pikir, Suzanne Collins telah mencukupkan diri dengan universe Hunger Games yang tidak bisa tidak membuat saya demikian kagum. Nyatanya, pada 2020, penulis keren ini menyediakan para penggemarnya sebuah amunisi kegilaan baru.

The Ballad of Songbirds and Snakes hadir. Saya yang pada saat itu sedang berada di tengah kesibukan dan lelah luar biasa dengan pekerjaan kantor, tidak cukup memberi atensi. Namun, setelah sedikit memaksakan diri mengunyah halaman demi halaman awal novel ini, kebahagiaan yang pernah saya rasa manakala mencicip novel Collins kembali hadir.

Saya kembali jatuh cinta dengan Suzanne Collins!
prekuel The Hunger Games

Novel yang Membongkar Segalanya

Para pencinta serial trilogi The Hunger Games tentu tidak asing dengan Coriolanus Snow, sang presiden negara Panem sekaligus antagonis utama serial ini. Aksi-aksi yang kerap dilancarkan dalam senyap, sama sekali tidak menghilangkan kesan kharismatik sekaligus terpelajar sosok ini.

Ya, bagi saya, Snow yang dihadirkan oleh Collins dalam serial trilogi The Hunger Games benar-benar mampu melahirkan perasaan buruk setiap kali sosok ini ditampilkan. Tidak heran jika Katniss Everdeen, tokoh utama trilogi ini begitu membenci dan kerap gemetar ketika harus berhadapan satu lawan satu dengan Snow.

Nah, novel Collins kali ini, bercerita jauh sebelum kejadian yang dialami Katniss dan para peserta The Hunger Games ke-74 dan 75, sebagaimana yang ditulis dalam triloginya. The Ballad of Songbirds and Snakes mengambil latar 64 tahun sebelum kejadian yang meluluhlantakkan Capitol itu terjadi.

Novel ini mengambil setting waktu ketika Coriolanus Snow masih berusia 18 tahun dan tengah menduduki kursi tingkat akhir sekolah menengah atas Capitol—ibu kota negara Panem—yang bernama The Academy.

Membaca prekuel The Hunger Games ini, mau tidak mau membuat saya membayangkan banyak hal. Saya kembali teringat semua sikap dan perilaku Presiden Snow dalam mengatur permainan. Kebenciannya terhadap distrik, hingga kesan kejam yang kerap ditampilkan sepanjang waktu.

Hebatnya, novel ini dengan tegas dan jelas membongkar setiap alasan mengapa seluruh alur cerita dalam trilogi The Hunger Games dapat terjadi.

Dampaknya?
Saya yang semula sangat tidak suka dengan seorang Coriolanus Snow, perlahan justru empati dan mendukung setiap tingkah lakunya pada novel ini. Pandangan saya akan kakek tua yang kelak menjadi Presiden Panem itu pun sekejap mata berubah.

Perkembangan Karakter yang Luar Biasa

prekuel The Hunger Games
Cerita dibuka dengan gambaran kesulitan yang dialami Coriolanus Snow dan keluarganya usai delapan tahun terjadinya perang besar yang disebabkan pemberontakan distrik-distrik negara Panem terhadap Capitol. Pemberontakan yang dipimpin dan dipicu Distrik 13 ini menghasilkan keruntuhan ekonomi di seluruh penjuru negeri.

Coriolanus sebagai anak lelaki satu-satunya dari keluarga Snow yang terhormat, harus berjibaku mempertahankan kehormatan keluarga. Terasa tidak masuk akal pada awalnya, mengingat demi mempertahankan gengsi dan menjaga reputasi keluarga Snow sebagai keluarga terpandang, Coriolanus bahkan sampai harus melakukan begitu banyak pengorbanan. Namun, penjelasan inilah yang membuat seluruh sikap Coriolanus ketika kelak memimpin Panem justru menjadi masuk akal.

Saya begitu menikmati perkembangan karakter dan cara berpikir Coriolanus muda dalam menjalankan perannya sebagai mentor pertama The Hunger Games—saat itu The Hunger Games baru berjalan sembilan kali, dan Coriolanus bersama kawan-kawannya, menjadi mentor pada gelaran kesepuluh.

Jika Sobat adalah seorang pencinta trilogi The Hunger Games, Sobat akan dapat memahami perkembangan yang terjadi dari The Hunger Games versi jadul sebagaimana yang Coriolanus alami pada novel ini, dengan The Hunger Games versi modern yang dialami Katnis, Peeta, dan lainnya pada trilogi novel The Hunger Games. Oleh karena itu, cerita ini menjadi teramat kuat dan begitu menarik untuk dibaca.

Jika Sobat berpikir keberadaan sponsor, hadiah melimpah, serta mansion mewah bagi pemenang The Hunger Games telah ada sejak zaman dulu, percayalah, Sobat akan terkejut dan terjungkirbalikkan perasaannya usai membaca novel ini.

The Ballad of Songbirds and Snakes sungguh-sungguh berhasil hadir sebagai prekuel yang baik dan penjelas yang mampu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya mengapa dunia Panem, Capitol, distrik, dan The Hunger Games bisa ada.

Novel yang Layak Dibaca

Andai Sobat bukan pencinta novel trilogi The Hunger Games, mungkin kini tengah merasa khawatir dengan ulasan saya di atas. Sobat mungkin akan berpikir,
“Kalau begitu, saya pasti tidak akan paham dengan cerita yang ditulis dalam novel ini.”
Tenang, Sobat. Tenang saja.

Percayalah, semua kekhawatiran itu tidak beralasan. Collins dengan penuh kejelian melihat peluang itu. Dia dengan begitu piawai membuat para pembaca baru pun akan tetap mampu mengikuti sajian cerita penuh cinta antara Lucy Gray Baird dengan Coriolanus Snow.

Sobat akan tetap dengan mudah masuk ke dalam cerita yang tertata apik itu. Malahan, saya berpikir, Sobat akan segera mencari dan melahap novel trilogi The Hunger Games usai menamatkan novel prekuel ini.


Adaptasi Film

prekuel The Hunger Games
Sebagaimana The Hunger Games dan serial-serial selanjutnya, Hollywood tetap jeli menangkap peluang. Buku masa lalu Coriolanus Snow ini pun akhirnya akan diangkat ke layar lebar. Menurut info yang saya peroleh, diperkirakan pada November 2023 mendatang, film adaptasi novel The Ballad of Songbirds and Snakes ini sudah dapat kita tonton bersama.

Sejujurnya, saya penasaran, sih, akan seperti apa filmnya nanti. Meski demikian, saya tidak banyak berharap.

Akhir kata, saya sangat merekomendasikan novel satu ini untuk Sobat baca. Sobat dapat membacanya sembari mengisi waktu rehat, ataupun ketika sedang sibuk dan mengatur strategi apa pun. Sebab menurut saya, begitu banyak unsur politik kental yang dapat Sobat pelajari dari novel satu ini.

Saran saya selanjutnya, baiknya Sobat membaca novel prekuel ini terlebih dahulu sebelum menonton film adaptasinya. Sebab, saya yakin dalam film akan ada satu-dua penyesuaian yang dilakukan demi tampak lebih masuk akal dan mudah ditampilkan secara nyata. Yah, ini saya rasakan sekali waktu menuntaskan film serial The Hunger Games yang diperankan Jennifer Lawrence itu.

Kalau sudah begitu, Sobat bisa-bisa akan kehilangan pemahaman menyeluruh akan universe The Hunger Games yang barusan saya bangga-banggakan.

Skor 8.8/10 saya hadiahkan untuk novel prekuel The Hunger Games ini!
Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar