Nah, kali ini, saya akan mengajak kamu mengenal salah satu unsur intrinsik yang harus ada pada tiap cerita fiksi, yakni penokohan. Jika “tokoh” merupakan pemberian nama dan badan pada salah satu lakon, maka “penokohan” adalah upaya “menghidupkan” atau membuat sang tokoh benar-benar nyata.
Dengan demikian, demi menjadi sang tokoh terasa hidup, penulis harus berupaya melakukan eksplorasi atas berbagai ciri dan karakteristiknya. Dengan demikian, pembaca dapat meyakini, bahkan menerapkan dalam alam pikir mereka, bahwa tokoh dalam cerita “benar-benar nyata”.
Terdapat 3 hal yang harus dilakukan seorang penulis untuk menghidupkan tokoh.
Memberi ciri-ciri fisik yang spesifik
Berapa tinggi badannya? Berapa berat badannya? Bagaimana bentuk wajahnya? Adakah tanda lahir pada tubuhnya? Bagaimana warna rambut dan belahannya?Keberadaan ciri fisik akan membuat pembaca lebih mudah menghadirkan tokoh dalam cerita. Pembaca dapat membayangkan bahwa tokoh bernama Anwar, merupakan seorang lelaki dengan tinggi 180 cm, berat 75 kg, memiliki rambut berkelir kuning dan berkacamata.
Menjelaskan Kebiasaan Unik Tokoh
Menjelaskan kebiasaan-kebiasaan unik yang dimiliki tokoh. Tokoh pada cerita tidak harus dicitrakan selalu tampil oke. Justru dengan memberikan kebiasaan unik—yang bisa jadi nyeleneh—pembaca akan lebih mudah memahami tokoh.
Misalnya saja, seorang detektif yang kepalanya selalu berkedut tiap kali menemukan bakal kunci dari kasus yang tengah ditangani. Bisa juga kisah tentang bajak laut yang selalu makan berkilo-kilo daging untuk memulihkan tenaganya selepas berkelahi.
Memaparkan isi pikiran tokoh
Dengan menjelaskan isi pikiran tokoh, pembaca akan lebih mengerti perasaan tokoh terhadap suatu hal. Sebagai contoh, seorang aktivis mahasiswa, tersulut emosinya dengan kebijakan kampus yang menerapkan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT). Pada contoh lain, seorang koki menyukai pelanggannya di restoran. Sayangnya, sang pelanggan malah terang-terangan berkata hanya menyukai masakan sang koki, bukan yang lain.
Dengan kemestian bahwa seorang penulis fiksi harus merancang penokohan atas tiap tokoh pada cerita, ditambah lagi bahwa penokohan merupakan salah satu unsur intrisik yang harus dipenuhi, maka sudah sepatutnya dalam membangun tokoh melalui penokohan, tidak hanya pada satu bagian dalam cerita.
Posting Komentar
Posting Komentar