Satu Hal yang Wajib Ada Pada Cerpen

2 komentar

 

Hal yang Wajib Ada Pada Cerpen
Selain unsur-unsur intrinsik yang harus dipenuhi, seperti tema, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat, sebuah cerpen memiliki satu hal lain yang wajib ada. Ketiadaan satu hal penting ini akan membuat sebuah cerpen kurang dapat dinikmati.

Akan tetapi, sebelum membahas lebih lanjut hal penting yang wajib ada pada cerpen, saya akan memulai tulisan ini dengan sedikit pengantar mengenai cerpen.

Cerpen: Definisi dan Ciri Khas

Secara ringkas, cerpen dapat diartikan sebagai karya sastra yang bersifat fiksi yang dikemas secara pendek dan memfokuskan permasalahan hanya pada satu tokoh.

Hal yang Wajib Ada Pada Cerpen

Silakan baca kembali definisi cerpen yang saya sarikan dari berbagai sumber di atas. Merujuk pada definisi itu, beberapa kata kunci yang dapat dijadikan acuan dalam menulis cerpen:

a. Cerpen merupakan karya sastra fiksi. Kendati dimungkinkan cerita yang tertuang pada cerpen berasal dari kejadian nyata, tetapi adanya unsur dramatisasi pada cerita yang disampaikan akan membuat cerpen menjadi sebuah karya fiksi.

b. Cerpen dikemas secara pendek. Karena sifatnya yang pendek ini, tidak jarang cerpen disebut sebagai “cerita sekali duduk”. Hal ini menegaskan bahwa dengan sifatnya yang pendek, cerpen dapat tuntas dibaca ketika sedang beraktivitas seperti duduk di dalam bus atau kereta pada suatu perjalanan. Tentu berbeda dengan novel yang terbilang panjang dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menuntaskannya.

c. Fokus cerpen pada permasalahan yang dialami satu tokoh. Jumlah tokoh pada sebuah cerpen amat dimungkinkan berjumlah lebih dari satu. Namun, fokus pembahasan cerpen hanya berkutat pada permasalahan yang dialami atau dihadapi tokoh utama. Dengan demikian, pembahasan pada cerpen pun tidak bercabang-cabang seperti yang biasa ditemukan pada novel. Alur cerpen hanya berkutat pada pembukaan cerita, permasalahan yang dihadapi tokoh utama, penyelesaian yang dilakukan.

Hal yang Wajib Ada pada Cerpen

Sebagaimana yang telah saya singgung pada pembukaan tulisan, ada satu hal yang wajib ada pada sebuah cerpen, di luar unsur-unsur intrinsik yang dimiliki. Sebenarnya, hal ini bukan hanya harus ada pada cerpen, melainkan pada semua cerita bergenre fiksi. Hal itu adalah keberadaan konflik.

Sebelum membahas konflik lebih jauh, saya akan memberikan dua keadaan. Tanpa menyontek penjelasan yang akan saya selanjutnya , silakan kamu menentukan letak konflik pada keadaan-keadaan yang saya cantumkan berikut:
  1. Seorang nenek berusia 70 tahun hidup miskin dan sebatang kara.
  2. Seorang laki-laki 35 tahun mengalami obesitas, sampai-sampai merasa kesulitan ketika mengikat tali sepatunya sendiri.
Bagaimana, sudah berhasil menemukan konflik pada tiap keadaan di atas? Silakan baca ulang dan pastikan jawaban yang kamu berikan sudah benar.

Jika kamu telah berhasil menemukan konflik pada tiap keadaan yang saya berikan, dengan berat hati saya harus menyampaikan, kamu salah! Tidak ada satu pun pada keadaan di atas yang memiliki konflik. Tidak ada. Satu pun tidak ada.

Definisi Konflik pada Cerita Fiksi

Untuk menjelaskannya, saya akan memulainya dengan memaparkan definisi konflik pada cerita fiksi, khususnya cerpen.

Secara sederhana, konflik pada cerita fiksi—termasuk juga pada cerpen—dapat diartikan sebagai hambatan/halangan yang dihadapi tokoh ketika ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada cerita. Keberadaan konflik atau hambatan inilah yang akan membuat cerita menjadi hidup. Konflik yang akan membawa pembaca pada petualangan tokoh ketika berupaya mewujudkan tujuannya.

Berhasil atau tidaknya tokoh mencapai tujuan dan membereskan konflik yang mengadang, bukanlah hal yang perlu diperdebatkan. Sebab, tidak ada aturan baku apakah nantinya cerpen harus sad ending, happy ending, ataupun berakhir menggantung.
Hal yang Wajib Ada Pada Cerpen
Dengan definisi ini, maka sudah sepatutnya sebelum menulis sebuah cerpen, kamu harus merumuskan beberapa hal berikut:

a. Tokoh cerita

Buat penjelasan singkat akan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam cerita. Pada cerpen, fokus utama cerita ada pada tokoh ini.

b. Tujuan tokoh

Jelaskan secara rinci, apa tujuan yang hendak dicapai oleh tokoh selama cerita berlangsung. Tujuan tokoh ini akan berfungsi sebagai kompas dan peta pada cerita karena tujuanlah yang membawa tokoh dan juga pembaca dari satu titik ke titik yang lain.

c. Konflik cerita atau hambatan yang dihadapi

Hal yang Wajib Ada pada Sebuah Cerpen

Mari kembali kepada contoh-contoh keadaan yang telah saya tuliskan.
  1. Seorang nenek berusia 70 tahun hidup miskin dan sebatang kara.
  2. Seorang laki-laki 35 tahun mengalami obesitas, sampai-sampai merasa kesulitan ketika mengikat tali sepatunya sendiri.
Mengapa dua hal di atas saya bilang tidak ada konfliknya? Mari kita telaah. Seorang nenek berusia 70 tahun hidup miskin dan sebatang kara.

Pada keadaan ini, apa tujuan yang ingin dicapai sang nenek? Karena tidak dijelaskan, maka wajar jika tidak ada konflik yang dapat menyertai.

Andai dibuat sang nenek memiliki tujuan tertentu, misalnya ingin menghabiskan sisa usia di rumah peninggalan mendiang suaminya, maka konflik pun dapat dimunculkan.

Misalnya: Seorang nenek berusia 70 tahun hidup miskin dan sebatang kara, ingin menghabiskan sisa usianya di rumah peninggalan mendiang suami, tetapi kebijakan pemda setempat mengharuskan daerah itu akan segera digusur.

Bagaimana, sudah terlihat, ‘kan? Ada seorang nenek yang keinginannya akan terhambat karena rumah peninggalan sang suami terancam digusur. Lalu, keseruan pada cerpen ini pun akan membahas seputar perjalanan sang nenek untuk bertahan dan memperjuangkan rumah miliknya.

Begitu pun pada contoh keadaan kedua. Pada kasus laki-laki yang mengalami obesitas, akan dapat diberi konflik, jika tujuan sang laki-laki obesitas itu dijelaskan.

Sebagai contoh, seorang laki-laki 35 tahun yang mengalami obesitas ingin menikahi sang kekasih, tetapi pihak keluarga calon istrinya memberi syarat agar sang lelaki bisa menurunkan berat badan hingga 40 kilogram.

Kewajiban menurunkan berat badan sebanyak 40 kg jelas sebuah konflik dan ancaman tersendiri bagi cita-cita sang lelaki untuk mempersunting sang kekasih. Kelak, pembaca akan diberikan keseruan cerita perjuangan sang lelaki menurunkan berat badan sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak keluarga calon istrinya.

Apakah akan berhasil? Atau malah gagal? Hal itu biarlah tetap menjadi hak prerogatif penulis dalam mengemas dan mengeksekusi cerita.

Ketiadaan Konflik Membuat Cerita Mirip Laporan

Pernah membaca sebuah cerita atau laporan kunjungan ke rumah nenek? Atau mungkin kamu pernah membuat laporan kunjungan ke kebun binatang?

Silakan simak cerita berikut!
“Pada hari Minggu kemarin, Mama dan Papa mengajak aku berkunjung ke kebun binatang. Kami berangkat pukul 7 pagi dan tiba di sana pukul 9. Hari itu kebun binatang tidak terlalu ramai. Sesampainya di sana, aku, Mama, dan Papa segera berkeliling. Kami melihat monyet, buaya, harimau, singa, dan banyak hewan-hewan lainnya. Menjelang pukul 12, kami beristirahat. Kami bertiga memakan bekal yang telah disiapkan Mama. Lezat sekali. Kemudian, menjelang pukul 1 siang, kami pun pulang. Aku senang sekali!”

Apakah pada tulisan di atas ada unsur-unsur intrinsik, seperti ide/tema, plot, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat? Jawabannya tentu saja ada semua.

Tulisan ini bertema keluarga dengan ide kunjungan ke kebun binatang. Penokohan juga sudah dicantumkan. Tokoh “aku” adalah anak yang ceria dan gembira. Latar-latar pun lengkap di sana. Ada latar tempat, yakni kebun binatang, latar waktu pun ada. Penyebutan hari dan paparan akan penunjuk waktu jelas menjadi latar waktu.

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Hal ini terbukti dengan penyebutan “aku” sebagai pencerita. Gaya bahasa yang digunakan mirip gaya bahasa seorang anak. Adapun untuk amanat, bisa disampaikan amanat mengenai bergembira bersama keluarga, termasuk persiapan matang sebelum berkegiatan.

Akan tetapi, pertanyaan saya muncul kemudian. Apakah cerita ini cukup seru?
Sayangnya, saya bisa bilang cerita itu jauh dari kata seru.

Begitu pun dengan cerpen yang ditulis tanpa memuat konflik. Oleh karena itu, bagi saya, sebuah cerpen yang ditulis tanpa mengetengahkan sebuah konflik, tidak ubahnya seperti laporan kunjungan ke kebun binatang.
Hal yang Wajib Ada pada Cerpen
Bagaimana, sudah terbayang, ya? Semoga sedikit ulasan ini dapat membantu kamu menghasilkan karya-karya hebat. Selamat berkarya!

Referensi

Cerpen: Pengertian, Ciri-Ciri, Hingga Contohnya dalam Bahasa Indonesia! Diakses pada 26 September 2024. gramedia.com. https://www.gramedia.com/literasi/cerpen/#Definisi_Cerpen

Definisi Cerpen Menurut Para Ahli: Karya Mini yang Memukau. Diakses pada 26 September 2024. redasamudera.id. https://redasamudera.id/definisi-cerpen-menurut-para-ahli/

Pengertian Cerpen-Ciri, Unsur & Fungsi Menurut Para Ahli. Diakses pada 26 September 2024. serupa.id. https://serupa.id/pengertian-cerpen-menurut-para-ahli/

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

2 komentar

  1. Kewren sekali bagi-bagi ilmunya .. dan jadi pelajaran juga. Sebagaimana biasa selalu bisa jadi rujukan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Semoga ada manfaatnya 🙏🏻

      Hapus

Posting Komentar