Review Kaka Boss: Ketika Kebanggaan Anak Adalah Segalanya

Posting Komentar

Sejujurnya, saya tidak menaruh ekspektasi tinggi sewaktu mengajak istri menonton film besutan Arie Kriting satu ini. Membaca review serta sinopsis yang banyak beredar, tentu saja saya memahami film ini akan sarat cerita kocak sepanjang penayangannya. Akan tetapi, upaya menahan derai air mata, sama sekali tidak masuk dalam rencana yang telah saya siapkan sewaktu menonton film ini.

Review Film Kaka Boss
sumber gambar: imdb.com

Kaka Boss berkisah mengenai Ferdinand Omakare atau yang kerap disapa dengan panggilan Kaka Boss (diperankan oleh Godfred Orindeod), sebagai sosok pria dari Indonesia Timur, yang berkecimpung di bidang professional security, seperti penyedia jasa professional body guard, penagihan utang, serta jasa pengamanan lingkungan. Dengan bidang kerja itu, ditambah lagi dengan jajaran staf dan anak buah berperawakan sangar, tidak mengherankan jika Kaka Boss kerap ditengarai sebagai biang rusuh, pelaku premanisme, hingga tukang pukul.

Pada titik inilah, saya merasa Arie Kriting menembak sesuatu yang menjadi kuncian utama cerita. Jika selama ini kawan-kawan dari Indonesia Timur kerap dikesankan sebagai preman yang tidak taat aturan, tidak terpelajar, bergerak di sektor bisnis ilegal, serta biang onar, Kaka Boss justru menampilkan wujud berbeda. Bisnis yang dijalankan oleh Kaka Boss justru jauh dari kata ilegal. Sebagai Direktur Utama, Kaka Boss bersama orang kepercayaannya, Gafur (diperankan oleh Abdur Arsyad), justru menjalankan usaha dengan legal dan taat hukum.

Mereka berbisnis di bawah perusahaan berbadan hukum jelas (perseroan terbatas alias PT). Bahkan, pada satu adegan, alih-alih ujug-ujug menggunakan jasa mereka, Gafur menegaskan agar klien perusahaan tetap mengambil jalur legal, seperti somasi ke pengadilan demi melakukan upaya penagihan utang. Sehingga, Kaka Boss dan para staf yang terlibat di dalamnya, jauh dari kata premanisme maupun tindakan anarkis yang ilegal.

Dengan segala hal bersih yang dimainkan Kaka Boss ini, nyatanya tidak serta-merta menghapus citra negatif yang kerap melekat pada kawan-kawan berwajah sangar dari Indonesia Timur ini. Kaka Boss dan kawan-kawannya, tetap mendapat tamparan di wajah usai berbagai pemberitaan viral di media sosial. Kaka Boss pun sukar menghapus cap preman yang kadung melekat kuat di jidatnya.

Review Film Kaka Boss
sumber gambar: imdb.com

Hal inilah yang menjadikan Angel (diperankan Glory Hillary), putri dari Kaka Boss merasa malu setengah mati. Mendapat julukan sebagai anak preman, membuat Angel enggan mengakui bahwa dirinya memang putri dari seorang Ferdinand Omakare. Kendati rasa cintanya kepada sang ayah tidak terhingga, Angel tidak mau teman-temannya melihat dia bersama sang ayah yang telanjur dicap sebagai preman.


Film yang Menguras Emosi

Belakangan hari, khususnya setelah memiliki anak yang kian beranjak besar, emosi saya makin sukar dipendam manakala menyaksikan tayangan-tayangan bernuansa hubungan orang tua dan anak, apalagi kisah yang bercerita mengenai ayah dan anak. Sialnya, Kaka Boss justru mengangkat cerita ini dengan sangat vulgar.

Sepanjang film, penonton disuguhkan dengan upaya Kaka Boss menjadi sosok ayah yang layak disayang dan dibanggakan oleh sang putri. Cita-citanya sebagai ayah yang dicintai oleh sang putri membuat pria berbadan tegap nan sangar itu rela melakukan segalanya, bahkan jika itu harus ditebus dengan melepas semua kegemilangan yang telah berhasil dia kumpulkan selama hidup.

Film berdurasi 121 menit yang digarap serius oleh Imajinari Pictures ini, memang tidak main-main dalam mengulas pesan penting bahwa seorang ayah harus bekerja keras demi keluarga, serta cinta ayah kepada keluarga akan membentuk pribadi agung bagi seorang anak. Pada titik inilah, saya mengakui kehebatan Arie Kriting sebagai penulis skenario, berhasil dengan apik mengungkap segala keresahan yang melanda dirinya.

Review Film Kaka Boss
sumber gambar: imdb.com

Review film Kaka Boss ini tentu tidak lengkap dengan sedikit mengomentari kualitas akting sejumlah aktor yang terlibat di dalamnya. Saya tentu angkat topi tinggi-tinggi dengan kepiawaian Godfred Orindeod sebagai Ferdinand Omakare alias Kaka Boss yang telah menampilkan akting prima sebagai protagonis utama film ini. Berperan sebagai bos besar yang seram serta ditakuti, baik kawan maupun lawan, tidak melepas “manisnya” Ferdinand manakala dia dicela habis-habisan oleh para wanita di rumah. Kaka Boss yang galak di luar rumah, berhasil menjadi lelaki imut yang lucu tatkala dia berhadapan dengan istri, anak, serta adik perempuannya.

Glory Hillary yang menjadikan film ini sebagai debut pertamanya di dunia akting pun tidak bisa tidak untuk menerima tepuk tangan yang cukup meriah. Kendati belum semulus para aktor yang telah terbiasa beradu akting di depan layar, tetapi bagi saya kemistri yang dibangun antara Angel dan Kaka Boss, cukup terasa nyata. Sehingga, kisah hubungan ayah dan anak yang indah pun tetap dapat saya nikmati dengan baik.

Selanjutnya, tentu saja peran Gafur yang menurut saya amat keren dimainkan oleh Abdur Arsyad. Barangkali, andai Gafur tidak diberikan porsi yang sesuai oleh Arie Kriting, film Kaka Boss ini hanya seperti film komedi datar yang sangat dangkal. Sebatas kisah ayah yang kepengin dianggap ada oleh anaknya, tetapi kehilangan kontrol suasana. Lalu, manakala Abdur Arsyad hadir dan berhasil menjadikan sosok Gafur sebagai tangan kanan sekaligus orang kepercayaan Kaka Boss, saya melihat inilah poin besar terpenting dari film ini.

Akhir kata, film Kaka Boss merupakan film yang amat layak untuk dinikmati oleh semua kalangan. Film yang amat layak ditonton bersama anak dan pasangan, dan tentu saja film yang akan memberi pemahaman baru akan kisah kawan-kawan dari Indonesia Timur yang kerap disepelekan, dimarginalkan, serta dianggap warga negara kelas dua.

Bagi saya, menonton film Kaka Boss memberikan pengalaman baru dalam menikmati kisah cinta ayah dan anak yang dikemas dengan penuh keindahan luar biasa!
***

Kaka Boss. 2024. 121 menit. Imajinari Pictures. 13+.
Rating si Jamal: 8.5/10
Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar