Review Pee Mak, Humor yang Tidak Memaksa

Posting Komentar
Setelah pada postingan sebelumnya saya mengulas film remake dari Pee Mak, yakni Kang Mak (ulasannya bisa dilihat di sini), kini saya akan mengulas mengapa plot hole yang saya rasakan pada Kang Mak, tidak terasa pada Pee Mak.

Review film Pee Mak
sumber gambar: imdb.com
Secara garis besar, Pee Mak yang rilis pada 2013 silam memiliki cerita yang nyaris 100% mirip dengan Kang Mak. Hal ini tentu wajar mengingat Kang Mak adalah remake dari Pee Mak.

Berkisah mengenai Mak, seorang tentara yang baru pulang perang, mendapati istri yang dia tinggalkan selama perang, Nak, telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Dang. Kepulangan Mak ke kampung halaman, ditemani keempat sahabat dari medan perang.

Akan tetapi, desas-desus yang beredar membuat keempat sahabat Mak gelisah. Info bahwa Nak sebenarnya adalah hantu, membuat mereka ingin menyelamatkan Mak dari genggaman Nak, sang hantu.


Plot Hole yang Tidak Terasa

Berbeda dengan Kang Mak, saya merasa versi asli ini lebih mampu menjelaskan seluruh setting dan asal mula cerita dengan rinci. Sehingga alih-alih kebingungan, penonton merasa cukup terpuaskan dengan tayangan yang diberikan.

1. Adegan Rumah Setan

Jika pada Kang Mak, saya merasakan plot hole yang tebal ketika Makmur dan Sari pergi ke wahana Rumah Setan dan ditemukan oleh keempat sahabatnya, pada cerita Pee Mak, perasaan itu tidak terasa. Pee Mak berhasil memberi kesan mendalam bahwa keempat sahabat Mak memang berkeliling mencari Mak sebelum akhirnya menemukan keduanya tengah asyik menjajal wahana Rumah Setan.

Dengan demikian, kesan “Loh, kok tahu kalau Mak dan Nak sedang di Rumah Setan?” sama sekali tidak muncul pada cerita Pee Mak.

Penculikan yang dilakukan Phuek dan kawan-kawannya kepada Mak dari Rumah Setan pun terasa wajar. Alasan keempat sahabat itu terpaksa menyamar menjadi hantu-hantu penghuni Rumah Setan, dijabarkan secara lugas: pintu masuk Rumah Setan terkunci. Sehingga, mau tidak mau mereka harus bertahan dan menyamar dari kejaran Nak.

2. Pertarungan terakhir melawan Nak

Berbeda dengan Kang Mak, pada Pee Mak, Phuek dan kawan-kawannya meminta biksu Buddha demi memberikan perlindungan dan membantu mengusir Nak yang hendak mengambil Mak kembali. Sementara pada Kang Mak, Fajrul dan kawan-kawannya meminta bantuan Kang Mas Pusi yang seorang dukun.

Perbedaan ini memberi rasa yang jauh berbeda dan peluang hadirnya plot hole pada salah satu cerita. Sebut saja pada Pee Mak.
Review film Pee Mak
sumber gambar: imdb.com
Dengan pertarungan akhir yang berlokasi di kuil/vihara Buddha, agaknya cukup masuk akal bagi Phuek dan teman-temannya menjangkau lokasi itu. Setidaknya, vihara tentu memiliki kekhasan bentuk sehingga mudah ditemukan tanpa harus bertanya kepada warga sekitar.

Lain halnya dengan rumah tinggal. Rumah tinggal Kang Mas Pusi pada Kang Mak memang tidak dijelaskan seperti apa bentuknya. Namun, dengan kenyataan bahwa Kang Mas Pusi adalah dukun kembaran Mbak Yu Supi, tentu tidak ada jaminan bahwa dukun itu mudah ditemukan lokasi tinggalnya. Bukan hanya itu, belum tentu juga Kang Mas Pusi tinggal di kampung yang sama dengan Makmur, Sari, dan yang lainnya.

Padahal, situasi saat itu sudah sangat sepi dan minim manusia. Sehingga, tidak mungkin rasanya bisa menemukan rumah tinggal seseorang dengan tepat tanpa panduan atau sekadar bertanya kepada warga setempat.

Jangankan di kampung tempat tinggal Makmur, selama di Rumah Setan pun, tidak ada pengunjung lain yang datang. Sungguh berbeda dengan cerita pada Pee Mak yang memperlihatkan adanya pengunjung Rumah Setan selain Mak dan Nak.

Humor yang Efektif dan Tidak Memaksa

Review film Pee Mak
sumber gambar: imdb.com
Selipan-selipan humor pada Pee Mak terasa natural. Tidak berlebihan dan dipaksakan khas humor slapstick ala Warkop DKI.

Justru humor seperti ini yang banyak diperlihatkan sepanjang cerita Kang Mak. Pingsannya Makmur karena menabrak pohon ataupun lemari saat di Rumah Setan, misalnya. Belum lagi, rincian bekas luka berbentuk lucu di badan Makmur ketika perjumpaan kembali dengan Sari pada awal cerita.

Rasanya, kesempatan bagi Pee Mak untuk menjelaskan setting, latar, dan alasan tiap kejadian secara lebih luas, membuat film ini terasa pas. Sementara pada Kang Mak, sentuhan komedi yang sangat trying to be funny, membuat cerita terlalu membosankan dan kehilangan penjelasan mengapa sebuah kejadian dapat terjadi.

Akhir kata, jika kamu hendak menonton Kang Mak, tetapi belum pernah menonton Pee Mak, maka yang kamu lakukan sudah tepat. Namun, jika kamu telah berpengalaman menonton Pee Mak sebelum menonton Kang Mak, ada baiknya kamu menurunkan ekspektasi.

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar