Orang Tua Jangan Sampai Kecolongan! Review Chainsaw Man

Posting Komentar
Review The Chainsaw Man
Chainsaw Man

Suatu hari, saat menemani anak berkegiatan di sekolahnya, kening saya langsung berkerut. Ya, saat itu, di sekolah tengah diadakan pagelaran sains. Masing-masing kelas menunjukkan hasil karyanya. Anak saya yang saat itu duduk di bangku kelas 4, bersama dengan teman sekelasnya, memamerkan hasil karya yang cukup spektakuler menurut saya.

Beberapa dari mereka membuat mainan sederhana dengan prinsip perubahan energi dengan menggunakan barang bekas. Ada yang membuat mobil-mobilan. Eits, jangan salah. Mobil yang dibuat bukan seperti mobil-mobilan dari kulit jeruk bali yang dilajukan menggunakan tangan atau ditarik benang. Mobil yang ditampilkan menggunakan dinamo yang terhubung dengan sumber energi, yakni baterai. Dengan disambungkannya baterai sebagai sumber energi, maka terjadilah perubahan energi dari listrik menjadi energi gerak. Ya, mobil sederhana berbahan tutup botol, stik es krim, dan kardus bekas itu pun melaju. Memukau hadirin yang datang.

Bagaimana dengan anak saya? Dia membuat benda yang menurutnya sederhana. Kincir angin dengan energi listrik. Dalam visi yang ia ajukan saat merakitnya, digunakanlah dinamo Tamiya, baterai, dan potongan fiberglass penutup pagar rumah. Setelah listrik dari baterai mengalir dan memberi tenaga dinamo, batang besi pada dinamo pun mulai berputar. Putaran itu menggerakkan fiberglass yang telah dipotong sedemikian rupa agar membentuk baling-baling. Lalu, jadilah kincir angin tenaga listrik.

Seru, ya? Duh, saya jadi kepengin SD lagi, deh, rasanya.

Nah, pertanyaannya sekarang, mengapa di awal kalimat tulisan ini, saya bilang dahi saya berkerut sewaktu menemani anak memamerkan hasil karya?

Jawabannya, tentu saja tidak terletak pada karya yang ia dan kawan-kawannya hasilkan. Sebab, semua karya yang mereka hasilkan sungguh-sungguh keren. Sehingga tidak ada hal lain yang layak diberikan selain apresiasi dan rasa bangga yang tinggi.

Kembali ke pertanyaan perihal kerut. Kerutan dahi saya benar-benar jelas. Saya kaget bukan kepalang ketika mendapati sebuah karya yang ditampilkan oleh siswa kelas 1 SD. Saya pribadi, sih, tidak tahu siapa pemiliknya. Namun, kengerian melanda karena adanya benda itu pada gelaran karya kelas 1 SD. Apaan, sih, memangnya?

Sebagai pengantar, biarlah saya beri bocoran sedikit apa yang dibuat oleh para siswa kelas 1 SD itu. Mereka membuat maket rumah dari kardus ataupun karton. Maket-maket imut itu pun dihias. Diberi cat warna-warni, diberi ornamen tambahan seperti mobil-mobilan, termasuk juga orang-orangan kecil. Semua ini dilakukan demi memberi kesan bahwa maket-maket lucu itu adalah perwujudan perumahan yang dihuni warga dan dilalui mobil, serta kendaraan lain.

Sampai di sini, saya masih oke. Asyik sekali. Seru idenya.

Nah, kegelisahan saya mengemuka kala mendapati salah satu dari orang-orangan di antara maket yang ada adalah perwujudan Denji yang telah bertransformasi menjadi iblis gergaji, sesuai anime dan manga Chainsaw Man. Iya, benar. Salah satu orang-orangan yang berada di kompleks maket itu adalah mini figure Denji, sang Chainsaw Man.

Chainsaw Man: Sama Sekali Bukan Tontonan Bocil

Secara keseluruhan, Chainsaw Man berkisah tentang Denji, seorang pemuda berusia 16 tahun, yang dililit begitu banyak utang peninggalan mendiang ayahnya. Demi membayar utang-utang yang kelewat banyak itu, Denji bersama Pochita—iblis imut berbentuk anjing kecil yang berkekuatan gergaji mesin—menjadi pemburu iblis. Bayaran demi bayaran yang ia terima—bahkan termasuk menjual beberapa organ tubuhnya—tidak juga cukup melunasi utang-utang sang Bapak.

Hingga suatu hari, Denji dibantai iblis zombi hingga tewas. Pochita yang amat menyayangi Denji pun mengorbankan diri. Ia memberi sisa kekuatan dan nyawanya demi menyelamatkan Denji. Karena aksi Pochita itu, Denji kembali bangkit dan memiliki kekuatan Pochita sebagai iblis gergaji mesin yang haus darah dan sanggup membunuh siapa saja.

Sederhana, ya? Enggak! Sama sekali enggak!

Kamu tahu, betapa ngerinya saya membayangkan anak kelas 1 SD itu telah menonton ataupun membaca Chainsaw Man? Bukan hanya karena Chainsaw Man sarat pembunuhan dan berdarah-darah. Akan tetapi, saya lebih kuatir pada bagian lain Chainsaw Man yang bisa jadi sudah dikonsumsi dengan sadar dan santai oleh si bocah kelas 1.

Sebagai remaja tanggung miskin yang tidak mampu mengakses banyak hal, sebenarnya cita-cita Denji sederhana sekali. Dia hanya ingin hidup tenang dalam kesederhanaan ditemani dengan cewek yang mencintai dia apa adanya. Padahal, dia sendiri tidak punya cewek.
Review The Chainsaw Man
Denji
Dengan cita-cita itu, maka ketika Denji pertama kali direkrut oleh Makima—pemimpin Divisi 4 organisasi pemburu iblis—ia pun mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama. Denji naksir Makima yang cantik dan bertubuh ideal itu.

Sepanjang cerita, Chainsaw Man yang ditulis oleh Tatsuki Fujimoto ini sarat dengan obrolan mengerikan yang sama sekali bukan konsumsi bocil apalagi anak kelas 1 SD. Ada satu adegan yang terang-terangan memperlihatkan Power, perempuan iblis darah yang juga kawan Denji di organisasi pemburu iblis, mempersilakan Denji untuk meraba-raba payudaranya berkali-kali sebagai ucapan terima kasih.

Kalau dianggap masih belum cukup, maka bisikan manja Himeno setelah lepas dari pengaruh alkohol di telinga Denji untuk mengajaknya berhubungan seksual, tentu bukan hal sepele, ‘kan? Kendati akhirnya Denji menolak ajakan Himeno karena cita-cita Denji sangat jelas. Dia ingin melepas keperjakaannya bersama Makima yang amat dikaguminya, tetapi bagi bocil tentu saja hal ini bukan perkara enteng.

Saya pribadi, menilik dari segi cerita, sebenarnya fine-fine saja. Saya cukup suka dengan alur cerita dan ide dasar manga maupun anime ini. Kegilaan yang Denji miliki, ditambah keterbatasan kekuatannya, membuat serial ini cukup seru diikuti. Apalagi, adegan berdarah yang vulgar dan potong-potongan organ, cukup intens ditampilkan. Lumayan cocoklah buat saya yang senang dengan cerita-cerita berdarah.

Akan tetapi, tentu saja saya harus mikir 45.789.092.190 kali manakala manga atau anime ini jatuh dan ditonton oleh anak-anak seusia anak saya atau bahkan lebih muda lagi. Oleh karena itu, kebayang, dong, alasan saya kesal plus geleng-geleng kepala saat ada mini figure Chainsaw Man di kompleks maket rumah anak kelas 1 SD? Ingat, ya. Anak kelas 1 SD!

Imbauan Kecil-kecilan dari Sesama Orang Tua

Sebagai orang tua, sudah semestinya kita membantu anak-anak untuk tumbuh. Bukan itu saja, kita pun berkewajiban memfasilitasi mereka untuk mengenal dunia. Dengan demikian, diharapkan anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi kuat yang mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Namun, tugas orang tua bukan sekadar itu. Ada poin lain sebagai orang tua yang tidak boleh luput diperhatikan. Orang tua berkewajiban mendidik dan membantu anak agar menjadi pribadi mulia. Anak perlu diajarkan mengenal baik dan buruk, serta cakap membedakannya. Oleh karena itu, pengasuhan dan pendidikan yang baik menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan.

Melihat adanya mini figure Chainsaw Man di sekolahan, saya merasa khawatir. Jangan-jangan selama ini, kita abai sebagai orang tua. Kita menyerahkan masa depan anak-anak kita secara utuh kepada tontonan. YouTube, televisi, Netflix, Prime Video, Bilibili, atau apa pun namanya.

Dengan dalih kesibukan—baik sibuk mencari nafkah hingga sibuk berdakwah, juga mengurusi orang banyak—kita bersilat lidah untuk mencari berbagai pembenaran manakala anak-anak kecil kita mulai menyesap serunya cerita berdarah, menggunakan kata-kata makian seolah hal biasa, hingga tidak lagi merasa malu ketika konten berbau seksual masuk memenuhi penglihatan, juga pendengaran mereka.

Saya sama sekali tidak merekomendasikan Chainsaw Man sebagai konsumsi mereka yang berusia di bawah 21 tahun. Namun demikian, siapalah saya, sementara banyak orang tua nun di sana membiarkan anak-anak mereka mengeluarkan umpatan seputar alat kelamin. Siapalah saya, sementara banyak orang tua lain justru terbiasa ketika anak-anak mereka menjadikan kata-kata berkonotasi aktivitas seksual sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
***[][][]***

Chainsaw Man | Manga: 2019 | Anime: 2022 | 18+ | Gore, Dark, Horror, Violent, Nudity, Sexual
Rating Jirfani: 3/5

Jirfani
Selamat datang di blog jirfani.com Sebuah blog yang berisi beragam ulasan seputar film, buku, perjalanan, serta perenungan seorang Jamal Irfani.

Related Posts

Posting Komentar